Makalah Makna Islam dan Iman
Dari Buku: Syaikh Muhammad bin Abdullah At Tuwaijry
PENDAHULUAN
Tidak ada keberuntungan bagi umat manusia di dunia dan akhirat kecuali
dengan Islam. Kebutuhan mereka terhadapnya melebihi kebutuhan terhadap
makanan, minuman, dan udara. Setiap manusia membutuhkan syari'at. Maka,
dia berada di antara dua gerakan: gerakan yang menarik kepada perkara
yang berguna dan gerakan yang menolak mara bahaya. Islam adalah penerang
yang menjelaskan perkara yang bermanfaat dan berbahaya. Agama Islam ada
tiga tingkatan: Islam, iman
dan ihsan. Dan setiap tingkatan mempunyai rukun.
dan ihsan. Dan setiap tingkatan mempunyai rukun.
Perbedaan di antara Islam, iman dan ihsan
Islam dan iman bila disebutkan secara bersamaan, maka yang dimaksud
dengan Islam adalah amal perbuatan yang nampak, yaitu rukun Islam yang
lima, dan pengertian iman adalah amal perbuatan yang tidak nampak, yaitu
rukun iman yang enam. Dan bila hanya salah satunya (yang disebutkan)
maka maksudnya adalah makna dan hukum keduanya.
Ruang lingkup ihsan lebih umum daripada iman, dan iman lebih umum
daripada Islam. Ihsan lebih umum dari sisi maknanya; karena ia
mengandung makna iman. Seorang hamba tidak akan bisa menuju martabat
ihsan kecuali apabila ia telah merealisasikan iman dan ihsan lebih
spesifik dari sisi pelakunya; karena ahli ihsan adalah segolongan ahli
iman. Maka, setiap muhsin adalah mukmin dan tidak setiap mukmin adalah
muhsin.
Iman lebih umum daripada Islam dari maknanya; karena ia mengandung
Islam. Maka, seorang hamba tidak akan sampai kepada tingkatan iman
kecuali apabila telah merealisasikan Islam dan iman lebih spesifik dari
sisi pelakunya; karena ahli iman adalah segolongan dari ahli Islam
(muslim), bukan semuanya. Maka, setiap mukmin adalah muslim dan tidak
setiap muslim adalah mukmin.
PEMBAHASAN
a. Pengertian Islam
Islam adalah berserah diri kepada Allah سبحانه و تعالي dengan tauhid dan
tunduk kepada-Nya dengan taat dan berlepas diri dari perbuatan syirik
dan pelakunya. Barangsiapa yang berserah diri kepada Allah سبحانه و
تعالي saja, maka dia adalah seorang muslim. Dan barangsiapa yang
berserah diri kepada Allah سبحانه و تعالي dan yang lainnya, maka dia
adalah seorang musyrik. Dan barangsiapa yang tidak berserah diri kepada
Allah سبحانه و تعالي, maka dia seorang kafir yang sombong.
b. Rukun-Islam
Rukun Islam ada lima:
Dari Ibnu Umar رضي الله عنهما, ia berkata, "Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda,
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ
وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
'Islam dibangun atas lima perkara: Bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang
berhak disembah) selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah سبحانه و
تعالي, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji, dan puasa
Ramadhan." Muttafaqun 'Alaih.[1]
c. Pengertian Syahadah (laailaaha illallah)
Manusia mengakui dengan lisan dan hatinya bahwa tidak ada yang berhak
disembah selain Allah سبحانه و تعالي, dan sesembahan-sesembahan selain
Dia سبحانه و تعالي, maka ketuhanannya adalah batil dan ibadahnya juga
batil. Kalimah syahadah tersebut mengandung nafi (meniadakan/menolak)
dan itsbat (menetapkan). (Laa ilaaha), artinya menolak semua yang
disembah selain Allah سبحانه و تعالي, (Illallah) adalah menetapkan
ibadah kepada Allah سبحانه و تعالي saja, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam
menyembah-Nya, seperti tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kerajaan-Nya.
d. Pengertian syahadah (Muhammad Rasulullah)
Taat kepada Nabi صلي الله عليه وسلم dalam perintahnya, membenarkan
beritanya, menjauhi yang dilarangnya, dan dia tidak menyembah Alah
سبحانه و تعالي kecuali dengan cara yang disyari'atkannya.
e. Iman
Iman: Engkau beriman kepada Allah سبحانه و تعالي, malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan engkau beriman kepada
qadar (ketentuan) baik dan buruknya.
Iman adalah ucapan dan perbuatan. Ucapan hati dan lisan, dan amal hati,
lisan dan anggota tubuh, iman itu bertambah dengan taat dan berkurang
dengan maksiat.
f. Cabang-cabang iman
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, ia berkata, "Rasulullah صلي الله عليه
وسلم bersabda, 'Iman terbagi lebih dari tujuh puluh atau enam puluh
cabang. Yang paling utama adalah ucapan laailaa ha illallah dan yang
terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan sifat malu
termasuk satu cabang dari iman." HR. Muslim[2]
g. Tingkatan-tingkatan Iman
Iman itu memiliki rasa, manis dan hakekat.
1. Adapun rasanya iman, maka Nabi صلي الله عليه وسلم menjelaskan dengan sabda-Nya:
ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا
"Yang merasakan nikmatnya iman adalah orang yang ridha kepada Allah
sebagai Rabb (Tuhan), Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul."
HR. Muslim[3]
2. Adapun manisnya iman, maka Nabi صلي الله عليه وسلم menjelaskan dengan sabdanya:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ
اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ
الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي
الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
"Ada tiga perkara, jika terdapat dalam diri seseorang, niscaya dia
merasakan nikmatnya iman: bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya
dari apapun selain keduanya, dia tidak mencintai seseorang kecuali
karena Allah dan dia benci kembali kepada kekafiran sebagaimana dia
benci dilemparkan dalam api neraka." Muttafaqun 'alaih.
3. Adapun hakekat iman, maka bisa didapatkan oleh orang yang memiliki
hakekat agama. Berdiri tegak memperjuangkan agama, dalam ibadah dan
dakwah, berhijrah dan menolong, berjihad dan berinfak.
a. Firman Allah سبحانه و تعالي:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ
قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا
وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ. الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ. أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا
لَّهُمْ دَرَجَاتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila
disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada
mereka Ayat-ayat-Nya, bertambahalah iman mereka (karenanya) dan kepada
Rabblah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat
dan yang menafkahkan sebagian dari rejeki yang Kami berikan kepada
mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka
akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan
serta rejeki (nikmat) yang mulia. (QS. Al-Anfaal :2-4)
b. Firman Allah سبحانه و تعالي:
وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ
وَالَّذِينَ ءَاوَوْا وَنَصَرُوا أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا
لَّهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan
Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi
pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang
yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat)
yang mulia. (QS. Al-Anfal: 74)
c. Firman Allah سبحانه و تعالي:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ
لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ
اللهِ أُوْلاَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka
berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah
orang-orang yang benar. (QS. Al-Hujuraat :15)
Seorang hamba tidak bisa mencapai hakekat iman sehingga dia mengetahui
bahwa apapun yang menimpanya tidak akan luput darinya dan apapun yang
luput darinya pasti tidak akan menimpanya.
h. Kesempurnaan Iman
Cinta yang sempurna kepada Allah سبحانه و تعالي Rasul-Nya memberikan
konsekuensi adanya sesuatu yang dicintainya. Apabila cinta dan bencinya
hanya karena Allah سبحانه و تعالي, yang keduanya adalah amal ibadah
hati, dan pemberian dan tidak memberinya hanya karena Allah سبحانه و
تعالي, yang keduanya adalah amal ibadah badan, niscaya hal itu
menunjukkan kesempurnaan iman dan kesempurnaan cinta kepada Allah سبحانه
و تعالي.
Dari Abu Umamah رضي الله عنه, dari Rasulullah صلي الله عليه وسلم
bersabda, "Barang siapa cinta karena Allah, memberi karena Allah, dan
melarang karena Allah سبحانه و تعالي, niscaya dia telah menyempurnakan
iman." HR: Abu Daud[4]
Termasuk Perkara-Perkara Keimanan
· Cinta kepada Rasulullah صلي الله عليه وسلم
Dari Anas bin Malik رضي الله عنه, ia berkata, 'Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
'Tidak beriman (sempurna) seseorang di antara kamu sehingga aku lebih
dicintainya dari pada ayahnya, anaknya, dan menusia sekalian."
Muttafaqun 'alaih.[5]
· Mencintai kaum anshar
Dari Anas رضي الله عنه, dari Nabi صلي الله عليه وسلم, beliau bersabda,
آيَةُ الْإِيمَانِ حُبُّ الْأَنْصَارِ وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الْأَنْصَارِ
"Tanda iman adalah mencintai kaum anshar dan tanda kemunafikan adalah membenci kaum anshar."Muttafaqun 'alaih[6]
· Mencintai orang-orang yang beriman
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, ia berkata, 'Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda,
ا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى
تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ
تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
'Kamu tidak bisa masuk surga sehingga kamu beriman, dan kamu tidak
beriman sehingga kaum saling mencintai. Maukah kamu aku tunjukkan
sesuatu yang apabila kaum lakukan niscaya kalian saling mencintai,
tebarkanlah salam di antara kamu." HR. Muslim[7]
· Mencintai saudaranya sesama Islam
Dari Anas bin Malik رضي الله عنه, dari Nabi صلي الله عليه وسلم, beliau bersabda,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ أَوْ قَالَ لِجَارِهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
"Tidak beriman (sempurna) seseorang kamu sehingga dia mencintai
saudaranya –atau tetangganya- apa yang dia cintai untuknya dirinya."
Muttafaqun a'alaih[8]
· Mencintai tetangga dan tamu, serta tidak bicara kecuali tentang yang baik
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, dari Rasulullah صلي الله عليه وسلم, beliau bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا
أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata
baik atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaklah ia memuliakan tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, hendaklah dia memuliakan tamunya." Muttafaqun
'Alaih.[9]
· Memerintahkan yang ma'ruf dan melarang yang mungkar
Dari Abu Sa'id al-Khudri رضي الله عنه, ia berkata, "Saya mendengar Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda,
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ
أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ
'Barang siapa di antara kalian melihat yang mungkar (yang dilarang
agama) hendaklah ia merubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu,
maka (hendaklah dia merubahnya) dengan lisannya. Jika ia tidak mampu,
maka (hendaklah dia merubahnya dengan hatinya, dan itulah
selemah-lemahnya iman." HR. Muslim.[10]
· Nasehat
Dari Tamim ad-Darimi رضي الله عنه, bahwasanya Nabi صلي الله عليه وسلم bersabda,
الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ . قُلْنَا لِمَنْ ؟ قَالَ : لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ
وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ
" Agama adalah nasehat.' Kami bertanya, 'Untuk siapa?' Beliau menjawab,
'Untuk Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan umat
Islam secara umum." HR. Muslim. [11]
· Iman adalah amalan yang paling utama
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, sesungguhnya Rasulullah صلي الله عليه وسلم ditanya:
أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ فَقَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قِيلَ
ثُمَّ مَاذَا قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا
قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ
'Apakah amalan yang paling utama?' Beliau menjawab, 'Iman kepada Allah
dan Rasul-Nya.' Beliau ditanya lagi, 'Kemudian apa?' Beliau menjawab,
'Jihad di jalan Allah, Beliau ditanya lagi, 'Kemudian apa?' Beliau
menjawab, 'Haji yang mabrur." Muttafaqun 'Alaih.[12]
Iman bertambah dengan taat dan berkurang dengan perbuatan maksiat
1. Firman Allah سبحانه و تعالي
هُوَ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَاناً مَّعَ إِيمَانِهِمْ
Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang
mu'min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang
telah ada). (QS. Al-Fath :4)
2. Firman Allah سبحانه و تعالي
وَإِذَا مَا أُنزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ
هَـذِهِ إِيمَاناً فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُواْ فَزَادَتْهُمْ إِيمَاناً
وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang
munafik) ada yang berkata :"Siapa di antara kamu yang bertambah imannya
dengan (turunnya) surat ini?". Adapun orang yang beriman, maka surat ini
menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. (QS. At-Taubah :124)
3. Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, bahwasanya Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda,
لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ حِينَ
يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُهَا
وَهُوَ مُؤْمِنٌ
"Tidak berzina orang yang berzina saat berzina sedangkan dia dalam
keadaan beriman. Tidak mencuri orang yang mencuri saat dia mencuri
sedangkan dia dalam keadaan beriman. Dan tidak meminum arak (orang yang
meminumnya) saat dia meminum sedangkan dia dalam keadaan beriman."
Muttafaqun 'alaih.[13]
4, Dari Anas bin Malik رضي الله عنه, dari Nabi صلي الله عليه وسلم,
beliau bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang pernah berkata:
'Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah' dan di dalam hatinya
ada kebaikan seberat rambut. Akan keluar dari neraka orang yang pernah
berkata: 'Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah' dan di hatinya
ada kebaikan seberat biji gandum. Dan akan keluar dari neraka orang
yang pernah berkata:'Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah' dan
di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji sawi (atom)." Dan dalam satu
riwayat: 'iman' di tempat 'kebaikan'.
Amal perbuatan orang kafir yang dilakukannya sebelum Islam:
1. Apabila orang kafir masuk Islam, kemudian ia berbuat baik, maka
segala keburukan diampuni untuknya, karena firman Allah سبحانه و تعالي:
قُل لِلَّذِينَ كَفَرُواْ إِن يَنتَهُواْ يُغَفَرْ لَهُم مَّا قَدْ سَلَفَ وَإِنْ يَعُودُواْ فَقَدْ مَضَتْ سُنَّةُ الأَوَّلِينِ
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu :"Jika mereka berhenti
(dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang
dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi
sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap)
orang-orang dahulu". (QS. Al-Anfaal :38)
2. Dan segala amal kebaikan (yang dilakukannya semasa kufur)
diberikan pahala kepadanya, berdasarkan riwayat bahwa Hakim bin Hizam
رضي الله عنه bertanya kepada Rasulullah صلي الله عليه وسلم:
أَرَأَيْتَ أُمُورًا كُنْتُ أَتَحَنَّثُ بِهَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ هَلْ
لِي فِيهَا مِنْ شَيْءٍ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْلَمْتَ عَلَى مَا أَسْلَفْتَ مِنْ خَيْرٍ
'Bagaimana pendapatmu terhadap beberapa perkara (kebaikan) yang pernah
saya lakukan di masa jahiliyah, apakah ada balasannya untuk saya?'
Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda kepadanya:'Kamu masuk Islam
bersama kebaikan yang pernah kamu lakukan." Muttafaqun 'Alaih.[14]
3. Dan (sebaliknya) barang siapa yang masuk Islam, kemudian melakukan
dosa, maka dia disiksa dengan (dosa) pertama dan yang terakhir.
Berdasarkan sabda Nabi صلي الله عليه وسلم: 'Barang siapa yang berbuat di
masa Islam, niscaya tidak disiksa karena perbuatan buruk yang dia
lakukan di masa jahiliyah. Dan barang siapa yang berbuat kejahatan di
masa sesudah Islam, niscaya dia disiksa karena (dosa) yang pertama dan
terakhir." Muttafaqun 'Alaih.[15]
REFERENSI
__________________
[1] HR. Bukhari no. 8 dan ini adalah lafazhnya dan Muslim no. 16
[2] HR. Muslim no. 35
[3] HR. Muslim no. 34
[4] Hasan/ HR. Abu Daud no. 4681, Shahih Sunan Abu Daud no. 3915. Lihat, as-Silsilah ash-Shahihah no 380
[5] HR. al-Bukhari 15 dan ini adalah lafaznya, dan Muslim no. 44
[6] HR. al-Bukhari no. 17 dan ini adalah lafazhnya, dan Muslim no 74
[7] HR. Muslim no 54
[8] HR. al-Bukhari no. 14 dan Muslim no. 45, ini adalah lafazhnya.
[9] HR. al-Bukhari no (6018) dan Muslim no. 48 dan ini adalah lafazhnya.
[10] HR. Muslim (49).
[11] HR. Muslim 55.
[12] HR. al-Bukhari no. 26 dan ini adalah lafazhnya, dan Muslim no 83.
[13] HR. al-Bukhari no. 2475 dan Muslim no. 57 dan ini adalah lafazhnya.
[14] HR. al-Bukhari no. 1436 dan Muslim no. 123 dan ini adalah lafazhnya.
[15] HR. al-Bukhari no. 50 dan Muslim 8 dan ini adalah lafazhnya.
No comments :
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan baik dan sopan, komentar anda berharga bagi saya...oke browww