Belakangan
ini, istilah funmentalisme banyak dibicarakan di media massa. Tidak
hanya di tingkat nasional, tetapi juga internasional. Hal tersebut
terjadi seiring merebaknya terorisme yang berlindung di bawah paham
fundamentalisme agama, terutama Islam. Sehingga, istilah fundamentalis
indentik dengan fundamentalisme Islam atau Islam fundamentalis yang
memiliki kesan negative dan ekstremisme. Padahal, kalau dilihat lebih
dalam, fundamentalis yang berakar pada agama itu tidak hanya Islam,
melainkan juga agama lain seperti Kristen, Katolik, Hindu, Budha,
Yahudi, dan Konghucu.
Bahkan, Itilah fundamentalisme
pertama kali muncul di dunia Barat oleh gerakan Kristen Protestan
Amerika. Mereka memerangi masyarakat sekuler yang baik maupun yang
buruk, mengisolasi dari kehidupan bermasyarakat, dan memusihi akal
pikiran hasil penemuan ilmiah. Dengan demikian pendidikan mempunyai
peranan yang sangat penting untuk mengoptimalkan kualitas kemanusiaan
sesuai fitrahnya. Dan, hal itu akan bisa diaplikasikan dalam kehidupan
masyarakat.
A. Pengertian Fundamentalisme
Fundamentalisme adalah fakta
yang dimiliki semua agama. Fundamentalisme agama adalah fakta global
yang muncul pada semua kepercayaan dna agama, tidak hanya Islam,
terlihat juga pada Judaisme, Kristen, Hindu, Sikh dan bahkan
Konfusianisme. Menurut bahasa (etimologi), fundamentalisme berasal dari
kata fundamen yang berarti dasar, sedangkan menurut istilah
(terminology)-nya, fundamentalisme merupakan aliran pemikiran yang
sempit, cenderung menafsirkan teks-teks keagamaan secara rigid (kaku)
dan literalis (tekstual). Selanjutnya dari gerakannya, kalangan ini
memiliki ciri-ciri[1] antara lain:
Pertama, mereka cenderung
melakukan interpretasi literal terhadap teks-teks suci agama, menolak
pemahaman kontekstual atas teks agama, karena dalam pemahaman kalangan
ini, pemahaman kontekstual hanya akan menodai kesucian agama yang mereka
anut. Kedua, menolak pluralisme dan relativisme. Bagi mereka, pluralisme merupakan distorsi pemahaman terhadap agama. Ketiga,
memonopoli kebenaran atas tafsir agama. Di sini kalangan
fundamentalisme umumnya menganggap diri mereka sebagai pemegang otoritas
penafsiran agama yang paling abash dan paling benar, sehingga mereka
biasanya suka memilih sikap mengkafirkan dan mengklaim sesat kelompok
lain yang tidak sealiran. Dan keempat, gerakan fundamentalisme
agaknya selalu mempunyai korelasi dengan fanatisme, eklusivisme,
intoleran, radikalisme dan militanisme; dan karena itu juga, kalangan
fundamentalisme suka mengambil bentuk perlawanan pada semua bentuk
ancaman yang dipandang membahayakan eksistensi agama yang mereka anut.
B. Sebab-sebab Munculnya Fundamantalisme
Penyebab bermunculannya kaum
fundamentalis diakibatkan arus globalisasi yang tidak terbendung yang
tidak terfiltrasi oleh masyarakat sehingga menyebabkan lahirnya perilaku
masyarakat yang inmoral dan menyimpang dari norma-norma agama. Masuknya
kebudayaan luar ke suatu daerah yang cenderung merusak tatanan hidup
masyarakat yang telah terikat dengan nilai-nilai luhur religiutas. hal
ini menyebabkan kekhawatiran akan tercabutnya akar-akar tatanan sosial
masyarakat madani. kaum fundamentalis muncul sebagai penyaring dan
pembendung dari hancurnya norma-norma agama[2].
Fundamentalisme berlebihan dari
suatu golongan dapat berakibat radikalisme Karena keegoan golongan yang
tidak jarang bahkan merugikan golongan yang lainnya.berikut ini adalah
beberapa contoh dari fundamentalis yang berbuah fanatisme[3] :
- Kaum
Kristen di bawah peter sang pertapa (peter the hermit) dan paus urban
II dengan Pidato mereka yang berapi-api kepada masyarakat eropa berhasil
menghapuskan perdamaian dengan kaum muslim dengan mengirimkan tentara
dibawah pimpinan Godfroi de bouillon untuk merebut yerussalem.mereka
berhasil merebutnya dengan darah kaum muslim dan yahudi yang membasahi
bumi yerussalem.
- Masyarakat
fundamental yahudi dengan pemimpinnya seorang yahudi jerman, Karl Heinz
membentuk zionisme untuk mengusir dan merebut tanah palestina bahkan
mengusir semua rakyat palestina untuk keluar dari negaranya.mereka
berhasil merebut palestina melalui perjanjian belfour.bahkan pertumpahan
darah masih terjadi hingga detik ini.
- Kaum fanatisme India berperang pada tahun 1971 dengan kaum urdu sehingga terbentuklah negara Bangladesh. Begitupun perebutan antara India yang notabene adalah umat hindu dengan Pakistan yang mayoritas muslim untuk memperebutkan Kashmir.
C. Bentuk dan Ragam Fundamentalisme
Imam Khatami, mantan presiden
Iran, tidak segan-segan mengkrtik kubu fundamentalisme yang secara kaku
menerjemahkan prinsip-prinsip agama sebagai “ramuan” masa lalu. Baginya
fenomena agama mempunyai historis sosiologis sendiri. Dalam lingkup ini,
histories sosiologis membentuk doktrin agama dengan menyesuaikan
karakteristik konteks sosiologis yang melingkupinya, kalangan garis
keras kini tidak menyadari hal ini. Mereka masih menduga bahwa
permasalahan sekarang dapat ditanggulangi rumusan klasik. Padahal genap
diyakini histories sosiologis anatara dulu dan sekarang sudah jauh
berbeda,Maka belum tentu racikan orang pendahulu bisa dipakai orang
sekarang. Dalam orasinya ketika berkunjung ke cairo Mesir, Imam Khatami
membagi Fundamentalisme ke dalam dua bagian[4]:
1. Fundamentalisme “yang keterlaluan”(Ushuliyyah mutharrifah)
2. Fundamentalisme “yang dikehendaki”(Ushuliyyah mathlubah).
Ulil Absar dari Jaringan Islam
Liberal (JIL) dalam pengantar pada buku karangan Sumanto Al-Qurtubi
“Lubang hitam Agama” Mengkritik fundamentalisme agama, mengungat islam
tunggal. Menurut beliau ada dua model fundamentalisme[5]:
1.fundamentalisme rejeksionis
2.Fundamentalisme eskapis-pietistik.
Model yang kedua menghendaki
suatu cara hidup yang “lain” yang berbeda dari cara hidup sekuler
sehigga menjadi jawaban atas problem keterasingan yang dialami manusia
modern karena ia lahir dari perasaaan was-was,kawatir dan terancam dari
sekularisme. Pada dasarnya fundamentalisme adalah kembali pada
simbol-simbol keagamaan untuk mencari “rasa aman” dan ini terjadi pada
pemeluk agama apapun. Pemeluk Islam mengenakan jilbab, orang nasrani
memakai kalung salib, dan pemeluk agama yang lain pun memperjelas
identitas keagamaan mereka. Muncul pula trend kaum lelaki muslim saling
mencium pipi, dan umat nasrani saling mengucapkan “Syalom” ketia
bertemu.
Sedangkan Fundamentalisme
rejeksionis sangat bertentangan dengan pluralitas bangsa ini. Bahkan,
bertentangan pula dengan kehendak tuhan tentang
kebhinekaan,keberagaman.sebab itulah tuhan menciptakan manusia itu dari
laki-laki dan perempuan,berbangsa-bangsa dan bersuku-suku.
Fundamentalisme Rejeksionis memandang kehidupan ini dengan “kacamata
kuda” Merasa paling benar sendiri, paling selamat sendiri, paling hebat
sendiri, dan orang lain atau kelompok lain tidak ada yang benar.
Fundamentalisme semacama ini yang kemudian melahirkan terror dan konflik
dimana-mana, dan ini bukan monopoli pemeluk agama tertentu, melainkan
dapat muncul dalam agama apapun karena agama bagi mereka sudah menjadi
tujuan,bukan lagi sekedar jalan atau jembatan menuju tuhan.
D. Fundamentalisme Islam
Fundamentalisme Islam bukanlah
bayi yang baru lahir abad ke 19 atau 18, melainkan ia sudah ada sejak
abad ke 6 dan 7. Pada zaman-zaman awal perkembangan Islam, telah muncul
perpecahan di tengah ummat. Perpecahan awal tersebut sudah terjadi
ketika Nabi wafat. Ummat Islam saat itu terpecah setidaknya dalam tiga
kelompok untuk menentukan siapa pengganti Nabi. Perpecahan itu semakin
nyata ketika Khalifah Utsman memerintah dan akhirnya terbunuh oleh
sebuah gerakan pemberontakan yang menganggap Utsman nepotis. Khalifah
Utsman kemudian digantikan oleh Ali. Pada masa Ali inilah terjadi perang
Siffin yang sangat terkena dengan arbitrasenya. Dari sana pula ummat
Islam semakin terpecah dalam tiga kelompok besar. Salah satu kelompok
yang sangat radikal adalah Khawarij. Kelompok Khawarij ini banyak
disebut sebagai cikal bakal fundamentalisme Islam[6]. Kelahiran Khawarij
sendiri disebut sebagai fitnatul qubro (fitnah besar). Khawarij melawan
kelompok Muawiyah (pendukung Utsman) dan juga kelompok Ali.Maraknya
terorisme dan radikalisme yang berasal dari fundamentalisme Islam
membuat banyak kalangan ketakutan atas memudarnya citra Islam yang baik,
damai, dan mengayomi semua ummat manusia. Lalu dibikinlah sebuah teori,
bahwa fundamentalisme Islam tidak ada hubungannya dengan Islam itu
sendiri;fundamentalisme Islam adalah fenomena baru yang muncul di abad
19 atau 18; fundamentalisme hanyalah semacam reaksi terhadap tatanan
kehidupan yang lebih global saat ini[7]. Orang-orang menyebut
fundamentalisme Islam sebagai gerakan pembebasan ketertindasan dari
pihak Barat yang hegemonik dan dominatif[8]. Hampir senada dengan itu,
Karen Amstrong dan kawan-kawan melihat fenomena fundamentalisme sebagai
reaksi terhadap modernitas yang semakin meminggirkan peran agama dalam
kehidupan.
Menurut Armstrong[9], The
Beattle for God, perayaan modernitas dan pengagungan subjek manusia
ternyata mengosongkan relung kultur manusia. Berbeda dengan kaum
fundamentalis dari golongan lain,fundamentalis islam lahir dari
keterpurukan akan kezhaliman dan penindasan.akar-akar imprealisme yang
mencengkram jantung negeri-negeri ahli qur’an membuat bangkitnya
pergerakan pergerakan yang mengatasnamakan pembelaan terhadap
nilai-nilai agama dan akidah yang terancam oleh para
penindas.Pembentukan ARAMCO (Arabian American oil company) di Saudi
Arabia yang notabene menguntungkan pihak amerika dan merugikan rakyat
Saudi telah melahirkan seorang Osama bin Ladin yang menentang
imprealisme amerika di Saudi Arabia.pembentukan inggris di mesir
melahirkan seorang Mujaddid Hasan al Banna yang mendirikan Ikhwanul
Muslimin.konspirasi zionis di palestina telah Membakar semangat kaum
muda palestina dengan HAMAS, brigader al aqsha. Kaum fasis Italia yang
menginvasi libya telah membuat syeikh umar al mukhtar (lion du dessert)
Mengangkat senjata. Seperti hukum Archimedes,jika sebuah benda di
masukkan ke dalam air,maka Tekanan yang diberikan sama besarnya ke
permukaan air,sama halnya,ketika kaum penindas menzhalimi kaum
muslim,mereka tidak sadar bahwa mereka telah melahirkan pergerakan dan
harakah-harakah yang dengan gigih mempertahankan nilai-nilai luhur
akidah dan harga diri mereka.dan jelaslah jawaban islam terhadap hal
ini,perlawanan dan pergerakan militansi.pengusiran,pengeksploitasian
bangsa dan tanah air telah membangunkan kaum fundamentalis untuk
bergerak.
E. Peranan pendidikan
Kesalahan persepsi itu telah
menimbulkan paham-paham fundamentalisme yang akan merusak nilai
universalitas agama. Untuk mengembalikan posisi paham fundamentalisme
agama ke jalan yang benar. Posisi fundamentalisme agama yang mampu
mengartarkan kebersamaan dan berdampingan hidup dalam sebuah perbedaan.
Dan, posisi yang tetap memberikan kebebasan untuk menyebarluaskan ajaran
agama dengan tetap memperhatikan ukhuwah atau persaudaraan serta
kerukunan dengan penganut agama lainnya.
Maka dari itu, pendidikan
sebagai bentuk pembinaan nilai-nilai agama secara benar untuk tindak
kembali pada paham fundamentalisme sempit. Selain akan mengenalkann
nilai dan prinsip agama, pendidikan juga merupakan langkah untuk
membentuk kader-kader manusia yang religius serta memiliki spritualisme
yang tinggi. Pendidikan dilakukan untuk mengoptimalkan kualitas
kemanusiaan sesuai fitrahnya.
Pendidikan perlu melibatkan para
pemuka dan tokoh agama sebagai pelaku utama dalam menyebarkan agama
secara benar serta meluruskan fundamentalisme . sementara itu,
pemerintah bersama masyarakat menegakkan pasal 29 dengan memberikan
kebebasan setiap umat beragama untuk memeluk suatu agama sesuai dengan
keyakinan masing-masing dan memberikan kesempatan untuk menjalankan
ibadah.
No comments :
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan baik dan sopan, komentar anda berharga bagi saya...oke browww