BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengantar studi Islam (PSI) merupakan sebuah mata kuliah yang berupaya
mengkaji keislaman dengan wilayah telah materi ajaran agama dan fenomena
kehidupan beragama, sedangkan kajian tentang Islam yang bersifat
historis-empiris biasanya dilakukan di berbagai perguruan tinggi
meliputi bukan saja yang dianggap kebenaran oleh kaum muslimin melainkan
juga yang hidup di tengah masyarakat yang merupakan ekspresi-ekspresi
keagamaan kaum muslimin yang faktual.
Untuk penulis mencoba untuk mengkaji pengantar study Islam lewat makalah
dengan judul “ruang lingkup study Islam” yang di dalamnya terdapat
asal-usul perkembangan Islam dan pengertian tentang study Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti Dan Identifikasi Konsep Agama
Tidak mudah bagi kita untuk menentukan pengertian agama, karena agama
bersifat batiniah, subyektif, dan individualistis. Kalau kita
membicarakan agama akan dipengaruhi oleh pandangan pribadi, juga dari
pandangan agama yang kita anut. Untuk mendapatkan pengertian tentang
agama, religi, dan din kita mengutip pendapat seperti: Bozman, bahwa
agama dalam arti luas merupakan suatu penerimaan terhadap aturan-aturan
dari pada kekuatan yang lebih tinggi dari manusia.
H. Moenawar Cholil lm bukunya “Definisi dan sendi agama” kata dien itu
masdar dari kata kerja “daana” yad i enu”. Menurut Jughat kata “dien
mempunyai arti :
1. Cara atau adat kebiasaan
2. Peraturan
3. Nasihat
4. Agama dan lain-lain
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan :
1. Baik agama, religi, dan dien kesemuanya mempunyai pengertian yang sama.
2. Aktivitas dan kepercayaan agama, religi, dan dien mencakup masalah: kepercayaan kepada Tuhan.
Agama bertitik tolak dari adanya suatu kepercayan terhadap suatu yang
lebih berkuasa, lebih agung, lebih mulia dari pada makhluk. Agama
berhubungan dengan masalah ketuhanan, dimana manusia yang mempercayainya
harus menyerahkan diri kepada-Nya, mengabdikan diri sepenuhnya karena
manusia mempercayainya, ada 4 ciri yang dapat kita kemukakan yaitu :
1. Adanya kepercayaan terhadap yang ghaib, kudus dan Maha Agung dan pencipta alam semesta (Tuhan).
2. Melakukan hubungan dengan berbagai cara seperti dengan mengadakan upacara ritual, pemujaan, pengabdian dan do'a.
3. Adanya suatu ajaran (doktrin) yang harus dijalankan oleh setiap penganutnya.
4. Ajaran Islam ada Rasul dan kitab suci yang merupakan ciri khas daripada agama.
5. Agama tidak hanya untuk agama, melainkan untuk diterapkan dalam kehidupan dengan segala aspeknya.
B. Manusia Dan Agamanya
Kebanyakan pemikiran modern melihat agama merupakan sekumpulan doktrin
yang dilegatimasi oleh “prasangka-prasangka” manusia di luar
rasionalitas. Sementara ilmu pengetahuan yang mengedepankan rasionalitas
sangat keras menolak doktrin. Semakin rasional seseorang semakin
menjauh dien dari ritual agama, sebaliknya manusia yang kurang tersentuh
rasionalitas, dengan sendirinya akan kuat meyakini ajaran agama. Karena
modernitas tidak selalu memberi perbaikan bagi kondisi umat manusia,
tak mampu mengatasi berbagai problem dan bahkan hanya memberikan
kontribusi positif bagi kelas yang dominan. Mereka yang pinggirkan
mengalami marginalisasi/leterasingan dari kemajuan zaman.
Agama sebagai salah satu ajaran yang memberi tuntunan hidup banyak
dijadikan pilihan. Karena ada indikasi dalam agama terdapat banyak nilai
yang bisa dimanfaatkan manusia ketimbang ideologi. Orang juga lebih
leluasa memeluk agama dan merasakan nilai-nilai positifnya tanpa harus
capek-capek menggunakan potensi akalnya untuk berfikir. Agama memberi
tempat bagi semua. Agama juga fenomena sosia; agama tidak hanya ritual
tapi juga fenomena di luar kategori pengetahuan akademis. Psikologi
agama merupakan salah satu cara bagaimana melihat praktek keagamaan.
Sebagai gejala psikologi, agama rupanya cukup memberi pengertian tentang
perlu atau tidaknya manusia beragama ketika agama tak sanggup lagi
memberi pedoman bagi masa depan kehidupan manusia, bisa saja kita
terinspirasi menciptakan agama baru/melakukan eksperimen baru sebagai
jalan keluar dari berbagai problem yang menghimpit kehidupan.
C. Pengertian Studi (Agama) Islam
Secara teetimologi merupakan dari bahasa Arab Dirasah Islamiyah. Dalam
kajian Islam di Barat disebut Islamic Studies secara harfiyah adalah
kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan keislaman. Secara
terminologis adalah kajian secara sistematis dan terpadu untuk
mengetahui, memakai dan menganalisis secara mendalam hal-hal yang
berkaitan dengan agama Islam, pokok-pokok ajaran Islam, sejarah Islam
maupun realitas pelaksanaannya dalam kehidupan. Islam pada hakikatnya
membawa ajaran yang bukan hanya mengenai berbagai segi dari kehidupan
manusia. sumber ajaran yang mengambil berbagai aspek ialah Al-Qur'an dan
Hadits. Kedua sumber ini sebagai pijakan dan pegangan dalam mengakses
wacana pemikiran dan membumikan praktik penghambaan kepada Tuhan, baik
bersifat teologis maupun humanistis.
Islam secara harfiyah berasal dari bahasa Arab yang mengandung arti
selamat, sentosa dan damai. Arti pokok Islam adalah ketundukan,
keselamatan dan kedamaian. Maka studi Islam diarahkan pada kajian
keislaman yang mengarah pada 3 hal :
2. Islam yang bermuara pada ketundukan/berserah diri, berserah diri
artinya pengakuan yang tulus bahwa Tuhan satu-satunya sumber otoritas
yang serba mutlak. Keadaan ini membawa timbulnya pemahaman terhadap
orang yang tidak patuh dan tunduk sebagai wujud dari penolakan terhadap
fitrah dirinya sendiri.
3. Islam dapat dimaknai yang mengarah kepada keselamatan dunia dan
akhirat sebab ajaran Islam pada hakekatnya membina dan membimbing
manusia untuk berbuat kebajikan dan menjauhi semua larangan dalam
kehidupan di dunia termasuk kehidupan akhirat.
4. Islam bermuara pada kedamaian manusia harus hidup berdampingan dengan
makhluk hidup yang lain bahkan berdampingan dengan alam raya. Dengan
demikian kedamaian harus dilakukan secara utuh dan multi dimensi.
Dari 3 dimensi di atas studi Islam mencerminkan gagasan tentang
pemikiran dan praktis yang bernuasan pada kedudukan pada Tuhan, selamat
di dunia dakhirat dan berdamai dengan makhluk lain. Dengan demikian
studi Islam tidak hanya bermuara pada wacana pemikiran tetapi juga pada
praktis kehidupan yang berdasarkan pada perilaku baik dan benar dalam
kehidupan.
D. Asal-Usul Dan Pertumbuhan Studi Islam
Pendidikan Islam di Indonesia tidak pernah lepas dari semangat
penyebaran Islam yang dilakukan secara intensif oleh para pendahulu
dalam kerangka perpaduan antara konteks keindonesiaan dengan keislaman.
Pada awalnya pendidikan Islam, dalam bentuk halaqah-halaqah, kemudian
bentuk madrasah. Selain pesantren pendidikan Islam di Indonesia
diharapkan pada tantangan semakin berkembangnya model-model pendidikan.
Pertumbuhan minat untuk memahami Islam lebih sebagai tradisi keagamaan
yang hidup, yang historis. Ketimbang “kumpulan tatanan doktrin” yang
terdapat dalam Al-Qur'an dan Hadits. Studi Islam kontenporer di Barat,
berusaha keras menampilkan citra yang lebih adil dengan mengandalkan
berbagai pendekatan dan metode yang lebih canggih dalam ilmu-ilmu sosial
dan kemanusiaan.
Islam tidaklah dijadikan semata-mata sebagai obyek studi ilmiah yang
secara leluasa ditundukkan pada prinsip yang berlaku di dunia keilmuwan,
tapi diletakkan sesuai dengan kedudukannya sebagai doktrin yang
kebenarannya diyakini. Tak heran jika dekade 80-an dan 90-an terjadi
perubahan besar dalam paradigma Islam. kecenderungan pertama, terjadinya
pergeseran dari kajian Islam yang bersifat normatif. Kepada yang lebih
historis, sosiologis dan empiris. Kedua orientasi keilmuwan yang lebih
luas kendatipun orientasi studi Islam di Indonesia lebih cenderung ke
Barat, studi di Timur tengah tetap memiliki nilai penting, terutama
dalam memahami aspek doktrinal yang menjadi basis ilmu pengetahuan dalam
Islam.
Jika dipadukan menjadi satu model pendidikan Islam, kiranya dapat
menjawab kekurangan masing-masing orientasi, yakni menguasai khazanah
intelektual Islam yang paling dasar dan otentik juga menguasai
metodologi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
di tengah-tengah masyarakat.
E. Tujuan Studi Islam
Bagi umat Islam, mempelajari Islam mungkin untuk memantapkan keimanan
dan mengamalkan ajaran Islam, sedangkan bagi non muslim hanya sekedar
diskursus ilmiah, bahkan mungkin mencari kelemahan umat Islam dengan
demikian tujuan studi Islam adalah sebagai berikut:
Pertama, untuk memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran Islam
agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkan secara benar, serta
menjadikannya sebagai pegangan dan pedoman hidup. Memahami dan mengkaji
Islam direfleksikan dalam konteks pemaknaan yang sebenarnya bahwa Islam
adalah agama yang mengarahkan pada pemeluknya sebagai hamba yang
berdimensi teologis, humanis, dan keselamatan di dunia dan akhirat.
Dengan studi Islam, diharapkan tujuan di atas dapat di tercapai.
Kedua, untuk menjadikan ajaran-ajaran Islam sebagai wacana ilmiah secara
transparan yang dapat diterima oleh berbagai kalangan. Dalam hal ini,
seluk beluk agama dan praktik-praktik keagamaan yang berlaku bagi umat
Islam dijadikan dasar ilmu pengetahuan. Dengan kerangka ini,
dimensi-dimensi Islam tidak hanya sekedar dogmentis, teologis. Tetapi
ada aspek empirik sosiologis. Ajaran Islam yang diklain sebagai ajaran
universal betul-betul mampu menjawab tantangan zaman, tidak sebagaimana
diasumsikan sebagian orientalis yang berasumsi bahwa Islam adalah ajaran
yang menghendaki ketidak majuan dan tidak mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman.
F. Aspek-aspek Sasaran Studi Islam
Antara agama dan ilmu pengetahuan masih dirasakan adanya hubungan yang
belum serasi. Dalam bidang agama terdapat sikap dogmatis, sedang dalam
bidang ilmiah terdapat sikap rasional dan terbuka. Oleh karena itu,
aspek sasaran studi Islam meliputi 2 hal yaitu:
1. Aspek sasaran keagamaan
Kerangka ajaran yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadits tetap dijadikan
sandaran sentralk agar kajian keislaman tidak keluar dan tercerabul
dari teks dan konteks. Dari aspek sasaran tersebut, wacana keagamaan
dapat ditransformasikan secara baik dan menajdikan landasan kehidupan
dalam berperilaku tanpa melepaskan kerangka normatif. Elemen dasar
keislaman yang harus dijadikan pegangan: pertama, islamn sebagai dogma
juga merupakan pengamalan universal dari kemanusiaan. Oleh karena itu
sasaran study Islam diarahkan pada aspek-aspek praktik dan emprik yang
memuat nilai-nilai keagamaan agar dijadikan pijakan. Kedua, Islam tidak
hanya terbatas pada kehidupan setelah mati, tapi orientasi utama adalah
dunia sekarang. Dengan demikian sasaran study Islam diarahkan pada
pemahaman terhadap sumber-sumber ajaran Islam, pokok-pokok ajaran Islam
sejarah Islam dan aplikasinya dalam kehidupan. Oleh karena itu studi
Islam dapat mempertegas dan memperjelas wilayah agama yang tidak bisa
dianalisis dengan kajian empirik yang kebenarannya relatif.
2. Aspek sasaran keilmuwan
Studi keilmuwan memerlukan pendekatan kritis, analitis, metodologis,
empiris, dan historis. Dengan demikian studi Islam sebagai aspek sasaran
keilmuwan membutuhkan berbagai pendekatan. Selain itu, ilmu pengetahuan
tidak kenal dan tidak terikat kepada wahyu. Ilmu pengetahuan beranjak
dan terikat pada pemikiran rasional. Oleh karena itu kajian keislaman
yang bernuasa ilmiah meliputi aspek kepercayaan normatif dogmatik yang
bersumber dari wahyu dan aspek perilaku manusia yang lahir dari dorongan
kepercayaan.
No comments :
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan baik dan sopan, komentar anda berharga bagi saya...oke browww